dibawah ini terdapat buku dan ppt UAS MEDTEK (media teknologi) ...
Minggu, 04 Januari 2015
Buku Hukum Mendel
KATA
PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur atas
kehadirat Allah Swt yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan buku ini tepat waktu dan buku ini yang berjudul : Hukum
Mendel. Adapun tujuan penulis membuat buku ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah media dan Teknologi yang dibimbing oleh dosen Yanti Herlanti, M.Pd. .
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
Demikian buku ini dibuat kami
menyadari didalam penyusunan dan pembuatan buku ini masih banyak kekurangan dan
maka dari pada itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk mencapai
kesempurnaan buku ini agar lebih baik lagi,dan atas kritik dan saran
kami ucapkan terimakasih.
Wassalamua’laikum Wr. Wb
Tangerang, November 2014
penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar ................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................ 2
Pendahuluan ..................................................................... 3
Hukum mendel 1 .......................................................................................................... 6
Hukum mendel 2 .......................................................................................................... 6
1.
Hibridisasi ................................................................................................................. 7
A.
Monohibrid......................................................................................................... 7
B.
Dihibrid .............................................................................................................. 8
C.
Polihibrid ........................................................................................................... 9
Penyimpangan semu hukum mendel .................................................................... 9
1.
Komplementer .......................................................................................................... 9
2.
Polimeri .................................................................................................................... 10
3.
Epistasis dan hipostasis ....................................................................................... 11
A.
Epistasis dominan .......................................................................................... 11
B.
Epistasis resesif .............................................................................................. 11
C.
Epistasis dominan dan resesif ..................................................................... 12
4.
Kriptomeri ................................................................................................................ 13
PENDAHULUAN
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat
pada organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi
bebas, yang telah di jabarkan oleh Gregor Johann Mendel . Mendel
mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent)
yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima
satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan bunyi hukum mendel
II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat,
maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan
sifat yang lain.
Catatan
:
|
|
Genetika
adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan
disebuah biara di Brunn, Austria. Dia datang di biara itu pada tahun 1843
sebagai anak miskin. Dalam tahun 1851 ia dikirim ke Universitas Wina untuk
belajar ilmu pengetahuan alam, tetapi ia tidak mendapatkan nuilai baik untuk
fisika dan matematika. Ketika ia kembali ke kota burnn mulailah ia pada tahun
1857 mengumpulkan beberapa jenis ercis (pisum
sativum) untuk dipelajari perbedaannya satu dengan lainnya dan melakukan percobaan
dengan menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), setelah ia kurang
lebih tujuh tahun lamanya mengadakan pengamatan secara teliti dan saksam, maka
tahun 1985 ia membawakan hasil percobaannya pada pertemuan ilmiah yang
diselenggarakan oleh perhimpunan Pengetahuan Alam di Brunn. Pada tahun 1866
karya ilmiah itu di cetak oleh Perhimpunan tersebut, yang kemudian menyebar
luaskannya ke berbagai perpustakaan di Eropa dan Amerika. Akan tetapi setelah
para ahli mendengar dan membaca karya ilmiah tersebut, tiada seorangpun
diantara mereka pada abad ke-19 itu yang dapat menghargai dan menganggap
penting hasil percobaan mendel. Baru kira-kira 40 tahun kemudian, yaitu pada
permulaan abad ke-20, publikasi Mendel itu diakui kebenarannya oleh para
biologiwan De Vries (belanda 1900), Correns (Jerman, 1900) dan Tschermak (Austria, 1900), yang bekerja
sendiri-sendiri di negaranya masing-masing. Sejak itulah Mendel dinyatakan
sebagai pencipta atau bapak Genetika.
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan
adalah :
a. Memiliki
pasangan sifat beda yang mencolok
b. Melakukan penyerbukan
sendiri
c. Mudah dilakukan
penyerbukan silang
d. Waktu yang diperlukan
untuk menghasilkan keturunan cepat
e. Mempunyai
keturunan banyak
.
Catatan
:
|
Dari hasil percobaan yang
diperolehnya, Mendel menyusun beberapa hipotesis, yaitu :
a. Setiap
sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan, satu dari
induk jantan dan satu induk betina.
b. Setiap
pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya, misalnya
tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau
hijau. Kedua bentuk alternative ini disebut alel.
c. Bila
pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor dominasi
akan menutup factor resesif.
d. Pada
waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel akan memisah
secara bebas.
e. Individu
murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
Catatan :
|
A.
HUKUM MENDEL
Hukum Mendel I (Segregation of allelic genes)
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi
adalah mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Pembentukan
gamet terjadi secara meiosis, dimana pasangan – pasangan homolog saling
berpisah dan tidak berpasangan lagi atau terjadi pemisahan alel – alel suatu
gen secara bebas dari diploid menjadi haploid. Dengan demikian setiap sel gamet
hanya mengandung satu gen dari alelnya
Fenomena ini dapat diamati pada
persilangan monohybrid, yaitu persilangan satu karakter dengan dua sifat beda.
Persilangan Monohibrid
|
|||
P1
|
UU
|
x
|
Uu
|
(Ungu)
|
(Putih)
|
||
G1
|
U
|
X
|
u
|
F1
|
Uu
|
|
Pada waktu pembentukan gamet betina,
UU memisah menjadi U dan U, sehingga dalam sel gamet tanaman ungu hanya
mengandung satu macam alel yaitu alel U. Sebaliknya tanaman jantan
berbunga putih homozigot resesif dan genotipenya uu. Alel ini memisah secara
bebas menjadi u dan u, sehingga gamet – gamet j antan tanaman putih hanya
mempunyai satu macam alel , yaitu alel u. Proses pembentukan gamet
inilah yang menggambarkan fenomena Hukum Mendel I.
Hukum Mendel II (Independent Assortment of Genes)
Hukum Mendel II disebut juga hukum
asortasi. Menurut hukum ini, setiap gen / sifat dapat berpasangan secara bebas
dengan gen / sifat lain. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet pada
persilangan dihibrid.
Persilangan Dihibrid
|
|||
P1
|
BBKK
|
x
|
Bbkk
|
(Biji bulat kuning)
|
(Biji keriput Hijau)
|
||
G1
|
BK
|
x
|
bk
|
F1
|
BbKk
|
||
P2
|
BbKk
|
x
|
BbKk
|
G2
|
BK, Bk, bK,bk
|
BK, Bk, bK,bk
|
Catatan :
|
HIBRIDISASI
Hukum I
mendel dapat dibuktikan dengan penyilangan satu sifat beda (monohibrid). Adapun
Hukum II Mendel dapat di buktikan melalui penyilangan dua sifat beda (dihibrid)
atau lebih (polihibrid). Hukum I Mendel dan Hukum II Mendel terjadi pada proses
gametogenesis atau pembelahan meiosis. Berikut ini akan dibahas mengenai
penyilangan antara individu berbeda sifat untuk membuktikan Hukum Mendel.
a.
Monohibrid
Monohibrid adalah persilangan
yang hanya menggunakan 1 macam gen yang berbeda atau menggunakan satu sifat
beda.
Contoh soal :
b.
Catatan :
|
Dihibrid adalah persilangan
yang menggunakan dua sifat beda atau dua pasang kromosom yang berbeda.
Contoh soal
c.
Catatan :
|
Polihibrid adalah persilangan
tiga atau lebih sifat beda. Untuk menentukan rasio genotipe dan fenotipe hasil
persilangan tiga atau lebih sifat, dapat digunakan seperti cara pada dihibrid.
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Pada sub unit sebelumnya, telah dikemukakan
Hukum I Mendel yang mengungkapkan bahwa ketika sel membelah, terjadi pemisahan
gen sealel. Hukum II Mendel menyatakan adanya pengelompokan gen secara bebas.
Seperti telah diketahui, persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda
(monohibrid) akan menghasilkan rasio fenotipe 9:3:3:1. Penyimpangan semu adalah
terjadinya perubahan rasio karena gen memiliki sifat yang berbeda-beda. Jadi,
rasio fenotipe tidak akan sama seperti yang telah diuraikan pada hukum mendel.
Pada 1906, W. Bateson dan R.C Punnet
menemukan bahwa pada persilangan f2 dihasilkan rasio fenotipe 14:1:1:3. Mereka
menyilangkan kacang kapri berbunga ungu yang serbuk sarinya lonjong dengan
kacang kapri berbunga merah yang serbuk sarinya bundar. Rasio fenotipe dari
keturunan ini menyimpang dari Hukum Mendel yang seharusnya pada keturunan kedua
(F2) perbandingan fenotipenya 9:3:3:1.
pada umumnya, gen memiliki pekerjaan
sendiri-sendiri untuk penumbuhan karakter, tetapi ada beberapa gen yang
berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain untuk menumbuhkan karakter. Gen
tersebut mungkin terdapat pada kromosom yang sama atau pada kromosom yang
berbeda.
Interaksi antargen akan menimbulkan
perbandingan fenotipe keturunan yang menyimpang di hukum mendel, keadaan ini
disebut penyimpangan hukum Mendel.
Menurut Mendel, perbandingan fenotipe F2 pada persilangan dihibrid adalah
9:3:3:1. Apabila terjadi penyimpangan hukum Mendel, perbandingan fenotipe F2
dapat menjadi 9:3:3:1 atau 12:3:1. Perbandingan tersebut merupakan moodifikasi
dari 9:3:3:1. Interaksi gen yang menyebabkan terjadinya penyimpangan hukum
Mendel ada 5 bentuk, yaitu komplementer,
polimeri, epistasis, hipostasis, dan
kriptomeri.
1.
Komplementer
Gen komplementer adalah gen-gen yang
berinteraksi dan saling melengkapi. Kehadiran gen-gen tersebut secara
bersama-sama akan memunculkan karakter (fenotip) tertentu. Sebaliknya, jika
salah satu gen tidak hadir maka pemunculan karakter (fenotip) tersebut akan
terhalang atau tidak sempurna. Perhatikan contoh berikut.
Pemunculan suatu pigmen merupakan hasil
interaksi dua gen, yaitu gen C dan gen P.
Gen C : mengakibatkan munculnya
bahan mentah pigmen.
Gen c : tidak menghasilkan pigmen.
Gen P : menghasilkan enzim pengaktif
pigmen.
Gen p : tidak mampu menghasilkan
enzim.
Catatan :
|
2. Polimeri
Polimeri terjadi karena dua gen
memproduksi bahan yang sama dan menghasilkan fenotip yang sama. Contohnya adalah
sifat warna merah pada gandum. Warna merah tersebut dikendalikan oleh pasangan
alel dominan resesif yang terdapat pada dua gen yang berbeda lokus. Warna merah
akan muncul apabila terdapat alel dominan di salah satu atau kedua lokus.
Misalnya, pasangan alel penghasil
warna merah pada gambar adalah M1 dan m1, sedangkan pada lokus lain juga
terdapat pasangan alel M2 dan m2. Jika gandum berkulit merah (homozigot
dominan) disilangkan dengan gandum berkulit putih (homozigot resesif), maka
akan menghasilkan fenotip gandum berkulit merah semua. Bila F1 disilangkan
sesamanya, akan dihasilkan gandum berkulit merah : berkulit putih = 15 : 1.
Catatan :
|
Dari tabel persilangan di atas dapat
disimpulkan bahwa dua pasang alel yang berlainan mempengaruhi sifat yang sama,
yaitu warna bunga. Pengaruh gen-gen yang mengendalikan warna merah (M1 dan M2)
bersifat kumulatif, artinya makin banyak jumlah gen, pengaruhnya makin jelas.
3. Epistasis dan
hipostasis
Epistasis dan hipostasis merupakan interaksi
yang berlangsung pada fenotip yang dihasilkan oleh dua gen. Kedua gen bekerja
menghasilkan fenotip yang berbeda, tetapi fenotip dari salah satu gen yang
dominan dapat menutupi penampakan dari fenotip yang dihasilkan oleh gen dominan
yang lain apabila kedua gen hadir bersama. Gen dominan yang menutupi gen
dominan yang lain disebut epistasis,
sedangkan gen yang tertutupi disebut hipostatis.
a.) Epistasis Dominan
Pada
epistasis dominan terdapat satu gen dominan yang bersifat epistasis. Misalnya
warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.). A merupakan gen untuk umbi merah dan
B merupakan gen untuk umbi kuning. Gen merah dan kuning dominan terhadap putih.
Perkawinan antara tanaman bawang berumbi lapis kuning homozigot dengan yang
merah homozigot menghasilkan tanaman F1 yang berumbi lapis merah.
Keturunan F2
terdiri atas 16 kombinasi dengan perbandingan 12/16 merah : 3/16 kuning :
1/16 putih atau 12 : 3 : 1. Perbandingan itu terlihat menyimpang dari hukum
Mendel, tetapi ternyata tidak. Perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 untuk keturunan
perkawinan dihibrid hanya mengalami modifikasi saja, yaitu 9 : 3 : 3 : 1
menjadi 12 : 3 : 1.
Perhatikan
diagram persilangan berikut.
b.) Epistasis Resesif
Pada peristiwa epistasis resesif terdapat suatu gen
resesif yang bersifat epistasis terhadap gen dominan yang bukan alelnya
(pasangannya). Gen resesif tersebut harus dalam keadaan homozigot, contohnya
pada pewarisan warna rambut tikus. Gen A menentukan warna hitam, gen a
menentukan warna abu-abu, gen C menentukan enzim yang menyebabkan timbulnya
warna dan gen c yang menentukan enzim penghambat munculnya warna. Gen C
bersifat epistasis. Jadi, tikus yang berwarna hitam memiliki gen C dan A.
Perhatikan diagram persilangan berikut.
Catatan
:
|
Jadi,
perbandingan fenotip F2 = hitam : abu-abu : putih = 9 : 3 : 4.
c.)Epistasis Dominan dan Resesif
Epistasis dominan dan resesif (inhibiting gen)
merupakan penyimpangan semu yang terjadi karena terdapat dua gen dominan yang
jika dalam keadaan bersama akan menghambat pengaruh salah satu gen dominan
tersebut. Peristiwa ini mengakibatkan perbandingan fenotip F2 = 13 : 3.
Contohnya ayam leghorn putih mempunyai fenotip IICC dikawinkan dengan ayam
white silkre berwarna putih yang mempunyai genotip iicc. Perhatikan diagram
berikut.
Catatan:
C = gen yang
menghasilkan warna.
c = gen yang
tidak menghasilkan warna (ayam menjadi putih).
I = gen yang
menghalang-halangi keluarnya warna (gen ini disebut juga gen penghalang atau
inhibitor).
i = gen yang
tidak menghalangi keluarnya warna. Coba perhatikan diagram hasil persilangan F1
di atas. Meskipun gen C mempengaruhi munculnya warna bulu, tetapi karena
bertemu dengan gen I (gen yang menghalangi munculnya warna), maka menghasilkan
keturunan dengan fenotip ayam berbulu putih. Jadi, perbandingan fenotip:
Catatan
:
|
=13/16 : 3/16 = 13 : 3
4. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan penyimpangan hukum mendel dimana
gen-gen dominan nonalel yang seolah-olah tersembunyi jika berdiri sendiri dan
pengaruhnya akan Nampak setelah gen-gen dominan muncul secara bersamaan.
Peristiwa kriptomeri ini dapat dijumpai pada pada pembentukan warna bunga Linaria maroccana
|
Bunga Linaria maroccana
|
Bunga Linaria memiliki warna merah,
ungu dan putih. Pembentukan warna ini ditentukan oleh ada tidaknya pigmen
antosianin serta keadaan PH pada bunga tersebut. Gen yang membentuk pigmen antosianin bersifat
dominan, sedangkan gen penentu PH basa bersifat dominan terhadap PH asam.
Berikut kuncinya
warna
|
Pigmen dan PH
|
rumus
|
Genotip
|
merah
|
Memiliki antosianin, PH asam
|
A_bb
|
AAbb, Aabb
|
ungu
|
Memiliki pigmen antosianin, PH
basa
|
A_B_
|
AABB,AaBb, AABb,AaBB
|
putih
|
Tidak memiliki pigmen antosianin,
PH basa ataupun PH asam
|
aaB_, aabb
|
aaBb, aaBB, aabb
|
Catatan
:
|
|
Persilangan pada Linaria
maroccana
|
|
Persilangan pada Linaria
maroccana
|
Langganan:
Postingan (Atom)